Senin, 23 Juni 2008

Cinta dan Kekuasaan

Nyoret-nyoret lagi ah,rupanya enak juga ya... kalau lagi suntuk alias bete sambil nyoret-nyoret kertas yang kosong.....
Bagaimana kalau soal cinta dan kekuasaan ..... gak apa-apakan....


Banyak orang berkata dan menyakini bahwa dirinya mencintai orang lain, pecinta mengatakan bahwa dirinya mencintai kekasihnya, suami mengatakan bahwa ia mencintai istrinya, guru-guru mengatakan bahwa mereka mencintai murid-muridnya, para orang tua mengatakan bahwa mereka mencintai anak-anaknya, dan begitu juga dengan negara mengatakan bahwa mencintai rakyatnya.


Cinta dapat dipahami sebagai sebuah rasa perhatian dan kasih sayang terhadap yang lain. Cinta adalah pancaran perdamaian, persahabatan, keakraban, kepedulian terhadap sesama. cinta dapat dimasukan dalam kerangka pembentukan peradaban yang manusiawi, peradaban yang menjamin hak untuk mencintai dan dicintai, memperhatikan dan di perhatikan, memperdulikan dan di perdulikan. semua agama mengajarkan tentang cinta

Kemudian apakah cinta yang begitu agung dan tulus itu sudah terjelma dalam kehidupan sehari-hari? jawabnya belum, karena cinta yang selama ini ada masih diwarnai dengan naluri kepemilikan, pengaturan dan penguasaan. Para pencinta masih banyak yang membatasi ruang gerak kekasihnya dengan berbagai alasan yang bisa membunuh kreaktivitas serta produktivitas sang kekasih.

Begitu pun dalam keluarga, orang tua begitu ketat mengontrol anak-anaknya dan menekan sang anak untuk mengikuti segala nasehat-nasehatnya, kemauannya dan ambisinya.

perlindungan dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari cinta, dari situlah cinta dapat di nilai, apakah yang ada memang cinta atau hanya keinginan untuk memiliki dan menguasai, dan cinta juga harus di barengi dengan penghormatan dan pengetahuan.






Tidak ada komentar: